Bus jurusan Purwokerto-Jogjakarta
mulai memasuki terminal Jogjakarta, itu berarti aku dan ibu sudah hampir sampai
di rumah nenek. Jam arloji menunjukkan pukul 18.00, sudah tidak ada bus yang
menuju daerah samas, Bantul, Jogjakarta yang aku tuju lagi. Liburan kali ini aku
dan ibu kerumah nenek.
Bus sudah berhenti, para
penumpang turun trmasuk aku dan ibu. Kami beristirahat terlebih dahulu di depan
mushola terminal. Ibuku terlihat
pucat dan capek setelah menempuh perjalanan pemalang-jogja selama 9 jam.
“Bu, sholat dulu yuk ” ajak
aku.
“Nanti dulu, ibu sedang pusing dan mual ini dik” jawab ibu.
“ Ya udah “ kataku singkat” “Bu adik sholat maghrib dulu ya?”
kataku akhirnya.
“Ya sana, hati-hati ibu nunggu disini nanti gantian”
Aku masuk ke mushola sementara
ibu masih duduk di depan mushola sambil nunggu barang bawaan. Aku menuju tempat
wudhu, berwudhu lalu menunaikan sholat maghrib. Ku lipat rukuhku kembali
setelah selesai sholat. Lalu aku berjalan
menuju tempat ibu tadi.
“Bu, adik sudah selesai”
“Ya, ibu sholat dulu gantian” kata ibu lalu masuk ke dalam
mushola. Aku duduk sendirian sambil jagain barang-barang bawaan.
Tiba-tiba dari kejauhan ada 2
orang bertampang
sangar yang berjalan
menuju arah tempat aku duduk. Orang itu tambah dekat, aku takut was-was
terhadap orang ini. Ku dekap tas dan barang-barang bawaan. Orang itu tambah
mendekatiku…
Kalau
orang itu kesini dan macam2 dengan aku, aku akan mecoba melawan mereka. Ya
harus ! kataku dalam hati. Mereka tambah dekat dan sekarang sudah ada
di depanku. Tiba-tiba salah satu dari mereka bertanya kepadaku dengan logat
bencong / banci…
“mba, eke mau tanya liat temen eke gak?” tanya salah seorang
dari mereka.
“hahaha” sontak aku tertawa. Orang yang bertampang sangar bicaranya banci gitu
“kok malah ketawa ci” kata orang yang satunya dengan cara
bicara yang sama
“eh gak tau om, aku tidak tau teman om ” jawabku.
“om om panggil eke neng bukan om. ”
“hahaha… iya neng” tidak sadar aku tertawa terbahak-bahak.
2 orang itu pun pergi dengan
kesal karena dari tadi aku ketawain terus.
Ibu mendekatiku dan dia mengajak aku segera ke rumah nenek karena mulai
larut malam. Namun sayang bus yang menuju rumah nenekku sudah tidak ada
akhirnya kami naik ojek saja. Sampai rumah nenek sekitar jam 21.30. Aku sudah
mengantuk sekali. Aku pun langsung tertidur pulas.
Matahari sudah menampakan
dirinya. Aku terbangun lalu mengambil air wudhu dan sholat subuh. Ku lihat ibu
sudah bangun dan sudah ikut bantu-bantu masak bersama bulik-buliknya. Setelah
sholat aku keluar untuk menghirup udara pagi hari di desa lewat jendela kamar.
Di ruang tamu ku lihat nenek sedang bersih-bersih menyapu
lantai. Nenekku sudah tua tapi tidak mau di bilang orang tua yang lemah, setiap
pagi nenek bersih-bersih rumah. Seperti pagi itu nenek sedang menyapu, tiba-tiba
sapunya menyenggol benda kecil, nenek lalu mengambilnya. Aku yang melihat dari
kejauhan hanya diam dan memperhatikan.
“apa ya iki? Kok kaya
permen?” kata nenek dalam bahasa jawa sambil memegang benda kecil itu.
Saat nenek yang umurnya belum tua sekali ini melihat benda
kecil yang seperti permen itu bingung. Tidak lama kemudian sang kakek menghampirinya.
“opo iku mbah?” tanya kakek
“mbuh ki, kok kaya permen. Ki coba icipana” jawab nenek sambil memberikan benda kecil itu.
Kakek lalu mencicipi benda kecil itu. Baru sja di jilat ekspresi wajah kakek
jadi aneh
“mbah rasane kok aneh” kakek bingung.
Aku akhirnya menghampiri nenek dan kakek yang sedang
kebingungan, dan aku bertanya apa yang terjadi. Nenek menceritakan kejadian itu, kakek lalu menyerahkan benda kecil
yang seperti permen itu itu ke aku. Abis tau apa yang aku terima dari kakek aku
hanya tersenyum.
“mbah, ini tadi yang mbah makan bukan permen tapi terasi”
kataku.
“ora apa-apa nduk, mbah mung ngicipi” kata kakek sambil
senyum-senyum agak malu.
“oalah nduk,, jaman saiki terasi wae wadahe apik tenan”
kata nenek sambil ketawa.
“zaman modern mbah. Terasi tidak mau kalah sama permen” kata aku sambil senyum-senyum menahan
ketawa..
“yo wis mbah arep nglanjutake nyapu” kata nenek.
Aku pergi masuk untuk bantu-bantu
ibu masak dengan masih tertawa dalam hati. Sementara kakek menuju ruang tengah
membaca koran dan meneguk segelas air teh yang
telah di sediakan ibu. Sampai di dapur aku tertawa keras, ibu bertanya kenapa. Aku pun menceritakan apa
yang terjadi tadi. Orang-orang
yang ada di dapur tertawa semua…
Sayang sudah 7 hari aku di rumah nenek saatnya
aku dan ibu pulang karena sekolah sudah mulai masuk. Omku mengantar aku dan ibu
ke terminal. Dan kami naik bus seperti waktu berangkat. Sampai di pemalang
sudah sore dengan perjalanan 9 jam. Aku lemas sekali karena di jalan aku mabuk :D
06 Oktober 2013 10:00 AM
Dhian Art's